Wilayah barat laut Suriah memiliki iklim yang keras dengan kondisi kehidupan yang sulit. Di sana kamp-kamp pengungsi tersebar seperti mimpi yang hancur berserakan di tanah yang penuh keputusasaan dan kekurangan. Orang-orang di sana tinggal di tenda-tenda yang rapuh, bertahan hidup dari hari ke hari. Di salah satu kamp pengungsian tersebut, ada seorang pria bernama Abdullah, bersama keluarga kecilnya, hidup dalam kondisi yang keras dan tanpa harapan.
Abdullah sebagai muslim yang taat, rutin menjalankan ibadah shalat 5 waktu. Ia bermimpi untuk membangun sebuah masjid kecil yang dapat berfungsi sebagai tempat suci untuk berdoa, mengaji, dan berkumpul bersama di dalam kamp. Abdullah memahami bahwa penghuni kamp tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membangun masjid, namun masjid darurat saat itu - sebuah tenda rusak - tidak dapat bertahan dalam kondisi cuaca yang buruk dan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan penghuni kamp.
Daerah ini sangat membutuhkan masjid yang dapat mengakomodasi kebutuhan penduduk setempat untuk beribadah dan mengaji di tengah kondisi cuaca yang buruk. Kendalanya terletak pada kurangnya sumber daya dan peralatan yang diperlukan untuk membangun masjid yang sesuai dan tahan cuaca.
Mimpi tersebut mulai berwujud ketika beberapa keluarga memutuskan untuk bergabung dengan upaya Abdullah. Mereka mulai menyumbangkan bahan-bahan yang tersedia di kamp seperti lembaran gelombang, insulasi, dan tiang-tiang besi untuk membangun tenda ibadah yang lebih tahan terhadap cuaca dan menyediakan tempat yang lebih layak untuk salat, mengaji, dan pertemuan keagamaan lainnya.
Ketika tenda ibadah itu selesai didirikan, tenda tersebut menjadi pusat berkumpul dan solidaritas di antara para penghuni kamp. Mereka mulai berkumpul di sana setiap hari untuk shalat dan mengaji, merasa penuh harapan dan terberdayakan dengan adanya tempat yang menyatukan mereka.
Dengan setiap salatnya, para penghuni kamp memperbaharui harapan di hati mereka untuk menghadapi tantangan hidup. Meskipun tenda ini bukanlah masjid-masjid besar, namun memiliki nilai simbolis yang besar bagi para penghuni kamp, yang melambangkan ketangguhan dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan.
Kini, berkaca dari kesuksesan proyek kecil ini, Abdullah dan para penghuni kamp lainnya memohon bantuan donasi untuk membangun sebuah masjid yang dapat memenuhi kebutuhan akan tempat beribadah dan solidaritas yang terus meningkat di daerah yang penuh kesulitan ini. Mari kita berdiri bersama untuk membangun tempat yang membawa harapan dan iman ke dalam kehidupan mereka yang penuh keputusasaan.
Program Peduli
DONASI SEKARANG
Bangun Masjid Bagi Pengungsi Suriah
Sisa Hari : 56
Terkumpul
Rp 33.144.108
Target
Rp 500.000.000
Belum ada info terbaru